Jeritan Hati Petani Vanili - FloresMerdeka

Home / Ekonomi Bisnis

Sabtu, 20 November 2021 - 03:10 WIB

Jeritan Hati Petani Vanili

Petrus. petani vanili di Kampung Mbore sedang di kebun vanili miliknya.(Foto:Kornelis Rahalaka/Floresmerdeka)

Petrus. petani vanili di Kampung Mbore sedang di kebun vanili miliknya.(Foto:Kornelis Rahalaka/Floresmerdeka)

LABUAN BAJO, FLORESMERDEKA.com- Minimnya pengetahuan dan pemahaman petani tentang teknik budidaya vanili, harga vanili yang tidak menentu, minimnya ketersediaan benih vanili unggul hingga maraknya pencurian buah vanili menjelang musim panenadalah beberapa persoalan krusial yang dihadapi oleh para petani vanili di daratan Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya bagi para petani vanili di  Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).

Kondisi yang serba sulit ini diperparah lagi oleh sulitnya akses pasar oleh para petani dan permainan harga oleh para tengkulak dalam transaksi jual beli vanili membuat para petani furstrasi dan enggan membudidayakan vanili. Padahal, harga vanili di pasaran internasional sangat menjanjikan kesejahtraan petani vanili. Kondisi serba sulit yang dihadapi para petani vanili melunturkan semangat petani untuk membudidaya tanaman komoditi yang satu ini. Beberapa tahun terakhir ini, para petani lebih memilih menanam porang sebagai pengganti tanaman vanili yang sudah lama mereka tanam.

Pengalaman tak enak menjadi petani vanili mereka hadapi dari teknik budidaya hingga pascapanen atau pemasaran. Sebagaimana diungkapkan oleh Mama Rofina Luen, petani vanili asal Kampung Cecer, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat,Flores. Rasa putus asa menghantui Mama Rofin dan keluarga setelah harga vanili tiba-tiba ambruk hingga ke angka yang sangat rendah.Akibatnya, ratusan pohon vanili yang hendak berbuah dipptong dan dibuangnya.

“Dulu kami tanam banyak. Sekali panen bisa ratusan kilo. Kalau diuangkan bisa jutaan. Tapi tiba-tiba harga jatuh sampai tiga ribu rupiah saja. Kami kecewa sekali, sehingga kami potong dan bakar. Sekarang, di kebun masih ada vanili tapi hanya tinggal sedikit,” ceritra Mama Rofina yang ditemui Sabtu pekan lalu.

Petani vanili seolah tak pernah keluar dari lingkaran setan ketidakadilan mulai dari teknik budidaya hingga pemasaran. Petani patut kecewa lantaran mereka sudah bekerja keras, membanting tulang menanam dan merawat tanaman namun hasilnya tidak sebanding dengan jerih payah yang mereka keluarkan.

Rata-rata para petani masih menjalankan budidaya vanili secara tradisional. Pengetahuan teknis budidaya tanaman belum banyak dipahami oleh para petani.

“Selama ini kami asal tanam saja. Mau tumbuh atau tidak tergantung alam,”ujar Petrus, petani vanili lainnya yang beralamat di Kampung Mbore, Desa Tondong Belang, Kecamatan Mbeliling. Petrus berkisah, tanaman vanili sangat menjanjikan peningkatan kesekahtraan keluarga namun, rata-rata para petani belum punya pengetahuan dan pemahaman teknis budidaya tanaman vanili yang baik yang berdampak pada meningkatnya produktivitas termasuk bagaimana mengatasi masalah hama penyakit yang menyerang tanaman.

Di aspek teknis budidaya, pengetahuan yang dimiliki para petani vanili boleh dibilang masih sangat terbatas. Ia mengaku sudah lima tahun berjuang membudidaya vanili namun hasilnya belum maksimal. Di atas lahan seluar kurang lebih lima hektar itu pun ditanami beragam tanaman mulai dari tanaman perdagangan seperti cengkeh, kopi, coklat, juga tanaman buah-buahan dan kayu seperti jati, mahoni dan tanaman lainnya. Selama ini ia bersama rekan petani lainnya hanya bisa mengeluh karena keterbatasan pengetahuan dalam teknis budidaya tanaman khususnya vanili.

Sementara, petugas Penyuluh Pertanian Lapangan )PPL) yang diharapkan dapat melakukan pendampingan dan mentransfer ilmu pengetahuan justru tak pernah datang. Kalaupun petugas PPL datang ke kampung, mereka bukan mengajari petani bagaimana budidaya tanaman yang baik dan benar tapi mereka hanya mau mengambil data-data petani untuk dilaporkan kepada atasanya.

“Tenaga PPL ada di hampir semua desa tapi mereka tidak pernah memberikan penyuluhan tentang teknis budidaya tanaman. Bahkan ketika kita tanya soal cara mengatasi hama penyakit, mereka malah bingung dan tidak bisa menjawab. Paling-paling mereka suruh kami beli ini dan itu tapi tidak pernah beritahu bagaimana cara budidaya dan cara pengatasi hama penyakit yang menyerang tanaman kami. Mereka paling datang untuk ambil data lalu pergi,” ujar Petrus dengan nada kecewa.

Selain keterbatasan pengetahuan teknis budidaya tanaman vanili, tantangan lain yang tak kalah berat yakni aksi pencurian vanili yang marak terjadi di wilayah ini terutama menjelang musim panen tiba. Praktik pencurian vanili ini diungkapkan oleh sejumlah petani di wilayah Kecamatan Pacar dan Macang Pacar Kabupaten Manggarai Barat. Tidak heran, untuk menghindari aksi pencurian, sebagian petani terpaksa membudidayakan vanili di sekitar rumah tinggal agar mereka mudah memantau dan mengontrolnya.

“Selain masalah budidaya, di wilayah kami banyak pencuri vanili. Akibatnya, mereka panen sebelum waktu panen tiba karena mereka takut vanili dicuri orang,”ujar Pepy Lasdin, pendamping petani vanili.  

Perilaku pencuri sudah sangat meresahkan petani di beberapa wilayah. Tak heran, dalam sebuah diskusi, petani minta institusi polisi agar menempatkan personil polisi di beberapa kampung untuk menjaga keamanan tanaman mereka. Maraknya aksi pencurian vanili tidak terlepas dari harga vanili yang tinggi di pasaran. Para pencuri biasanya ingin mendapatkan keuntungan besar tanpa mau bekerja keras.

Selain maraknya aksi pencurian, praktik tengkulak atau para spekulan harga juga tergolong marak. Para tengkulak seenaknya mempermainkan harga ditingkat para petani. Praktik spekulasi para tengkulak ini sangat berdampak pada kualitas produk vanili para petani. Masa panen menjadi lebih cepat sehingga kualitas vanili sangat rendah bahkan tidak ada. Padahal vanilla yang berkualitas harus memenuhi beberapa kriteria kematangan seperti bentuk dan warna buah vanili serta usia panen pada bulan tertentu sejak masa kawin sehingga vanili benar-benar matang.

Berdasarkan data, sentra vanili tersebar di Indonesia mulai dari daerah Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi dan Irian jaya. Namun kini mulai berkembang di Magelang, Purwokerto, Banyuwangi, Malang, Jember, Bondowoso, Lampung, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Produksi vanili ini sangat tergantung dari teknis budidaya, perawatan dan cara mengolah.

Vanili pernah menjadi idola namun meredup lantaran harga jatuh di tingkat petani. Harga jatuh karena adanya permainan para tengkulak dan eksportir. Karena itu, ke depan kualitas vanili mesti ditingkatkan dan produktivitas pun perlu dimaksimalkan. Selama ini, pasar ekpor vanili cukup besar yakni ke negara Eropa dan Amerika Serikat. (Kornelis Rahalaka)

         

Share :

Baca Juga

Ekonomi Bisnis

Peternak Resah, Ratusan Ekor Babi Mati Mendadak

Ekonomi Bisnis

Menteri KKP : Rumput Laut Sangat Diminati Dunia

Ekonomi Bisnis

Kopwan Setia Janji Bertekad Menjadi Koperasi Modern

Ekonomi Bisnis

BPOLBF Dorong Digitalisasi Desa Wisata

Ekonomi Bisnis

Warloka Marina dan Resort Dibangun di Pulau Purung

Ekonomi Bisnis

115 Hektare Sawah di Lingko Ngaung Terancam Gagal Panen

Ekonomi Bisnis

Permudah Akses Informasi, BPOLBF Gunakan Aplikasi GIS

Ekonomi Bisnis

Stef Nali : Proyek Persemaian Benih, Bukan Perambahan Hutan