Pelebaran Jalan Mano-Mbajar - FloresMerdeka

Home / Sudut Pandang

Jumat, 3 Desember 2021 - 12:09 WIB

Pelebaran Jalan Mano-Mbajar

Kanis Lina Bana

Kanis Lina Bana

Membaca judul tulisan kecil ini, terkesan kuat tidak tepat. Sebab sang penulis sendiri belajar filsafat dan teologi, ko.. nekat-nekatnya  menulis tentang teknis pekerjaan jalan. Bukankah ini tidak relevan?  

Tanpa berlagak sombong apa yang penulis sharingtuturkan ini, setidaknya,  ada guna gananya. Serupa tawaran asupan pengetahuan baru. Saling mengisi. Agar yang salah bisa diperbaiki.

Sebab beberapa fakta hasil pekerjaan jalan di wilayah  kita ini-Manggarai Timur  justru menyisahkan pekat bagi warganya. Contoh pelebaran jalan di Mano-Mbajar, Kecamatan Lamba Leda Selatan sana. Hasil pekerjaan itu  menambah luka di atas luka. Bahkan makin kronis dan mengkhawatirkan ketika hujan tiba.  Warga empat desa di sekitar bilangan lintasan jalan itu jadi terisolasi.

Ini membuktikan  hasil pekerjaan tidak berdayaguna  akibat perencanaan setengah jadi. Copi paste. Asal jadi. Karena itu  tidak mengherankan Aliansi Masyarakat  Lamba Leda Selatan mendatangi Kantor Bupati Manggarai Timur dan DPRD setempat, Jumat (3/12/2021). Mereka protes seraya menuntut Pemda Manggarai Timur secepatnya mengatasi persoalan pekerjaan jalan Mano Mbajar.

Apa yang digugat masyarakat Lamba Leda Selatan mengisyaratkan pesan kuat. Selain perbaik ruas jalan yang ada itu perlu ubah cara kerja  dan pola lama yang menyiksa masyarakat. Harus ada perencanaan yang tepat benar  agar hasilnya tepat sasaran.

Beberapa tahun lalu, saya  jalan jalan ke wilayah Kabupaten Ngada, Flores, NTT. Bertemu kerabat karib  saat masih sekolah di Mataloko, Kecamatan Golewa dulu.

Sudah beberapa tahun lamanya kami berpisah. Seingat saya, temanku ini  ke Bandung  kuliah di  Sekolah Tinggi Filasfat Parahyangan. Tinggal di Seminari Tinggi Betang Batara. Calon imam Dioses Sintang. Saya tidak tahu selanjutnya, apakah jadi imam atau tidak. Yang jelasnya  ruang jarak dan tingkat kesibukan masing masing menyulitkan kami berkomunikasi.

Belakangan, dari seorang teman yang lain menginformasikan sahabat karibku itu  tidak bertahan lama di Bandung. Usai pendidikan Tahun Orientasi Rohani (TOR) meneruskan studi filsafat dan teologi. Sampai semester lima. Ia putuskan  pulang  ke kampung halamannya di Soa, lantaran sakit.  Meski upaya pengobatan  dari dokter dokter ahli di Bandung, tetapi tidak jua ada tanda tanda hendak sembuh.  Karena itu dia putuskan tinggalkan Bandung-Seminari Betang Batara.

Sementara teman akrabku itu  tahu kegiatan saya, lantaran  sering membaca tulisan-tulisan saya. Hanya dia tidak tahu alamat  saya. Tetapi dunia maya-face book akhirnya mempertemukan kami berdua. Berawal ragu. Karena  chatting saling bersahutan akhirnya kami omong panjang lebar.   Diselingi  nostalgia, bagaimana menu wajib; boncis dan ikan kering kalah masih bersama di asrama.  Minuk tuak putih  di  Gisi, Wogo, dan Kompleks pensiunan. Terkuak juga cerita  lucu. Tentang penasarannya  terhadap salah seorang siswi SMPK Kartini. Kami benar-benar bernostalgia.

Kawan saya akhirnya mengaku jujur dengan cinta pertamanya itu. Berawal malu malu di lembah kabut Mataloko, rajutan cinta mereka dua ikat satu. Mereka menikah.

Konon katanya perjumpaan kedua dengan istrinya itu berlangsung  di kampung halaman sang  istri. Saat ada kegiatan di gereja. Istrinya-waktu itu  sebagai anggota mudika. Bertugas sebagai dirijen koor liturgi hari Minggu. Teman saya tadi  kebetulan sedang mengunjungi salah seorang tantanya yang menikah dengan pemuda di kampung yang sama.

Gadis mungil kecil, sawo matang itu sudah menjadi guru SMP di kampung asalnya. Perjumpaan yang kebetulan itu, kemudian  menghangatkan kembali  pohon “cinta monyet”. Rasa penasaran  bertautan. Keduanya jatuh cinta seungguhnya. Dan memutuskan menikah. Sudah punya rumah dan kendaraan roda empat. Keluarga mereka semakin sempurna berkat hadirnya empat orang buat hati.

Sebaliknya saya juga menceritakan jejak tapak kaki hingga saat ini. Kepadanya saya mengaku, menulis telah menjadi sebuah bentuk kotbah profetis kenabian. Karena itu saya putuskan tetap menekuni profesi menulis itu. Meski pernah mencoba terjun ke dunia politik. Tetapi pengalaman gagal menjadi testimoni bermakna. Bahwa jago di dunia tulis menulis belum tentu jago pula di panggung politik.

Kawan saya membaca dengan tiliti jawaban chatting saya. Tak butuh waktu lama dia membalas. Pokoknya kami bertukar pengalaman  hingga malam puncak. Ujung dari cerita panjang lebar itu, dia mengajak saya. Agar sekali sekali persiar di wilayahnya.  Saya menyanggupinya, seraya mohon doa agar tidak ada aral merintang.

Tidak terencana juga. Kebetulan hantar keluarga ke Soa, saya mampir ke tempatnya. Tetapi saat itu, sahabat saya itu  sedang kegiatan di luar rumah. Dia berjanji segera pulang untuk menemui saya.

Tetapi agar kedatangan saya tidak merepotkannya, saya langsung menuju tempatnya berada. Sepeda motor GL Max saya kencangkan. Saya tiba juga di lokasi dia berada. Kami bersalaman. Memeluk erat cukup lama.

Setengah menengada, otak saya seakan meliuk heran. Menampar alam bawa sadar saya!” Pertanyaan, “ko bisa.. Mengapa? Karena pendidikannya bertolak belakang dengan realitas pekerjaan yang dia tekuni. Belajar filsafat, tetapi bergerak di dunia  jasa konstruksi. Kerja proyek. Proyek jalan.   Saya akhirnya mengamini pameo ini, “setiap orang yang mampu survive dengan realitas menjadikan hidup dan bermakna!

Tentang kerja jalan dia cerita lugas. Umumnya yang dia tangani pelebaran jalan jalan antarkecamatan. Mekanismenya gusur pelebaran jalan lalu siram sirtu dan padatkan. Durasi waktu satu tahun penuh untuk masa pemeliharaannya.

Sepanjang tahun berjalan alat berat dan mobil tangki selalu stand by. Ketika musim panas sirtu ditambahkan pada badan jalan yang rusak. Disiram dengan air, lalu dipadatkan.

Selanjutnya tahun kedua lintasan jalan itu ditender ulang. Item pekerjaan masih pemadatan dan pekerjaan selokan permanen pada sisi kiri kanan jalan. Titik lintasan yang rawan dibangun deker.

Mekanisme kerja demikian, tuturnya, efektif. Pertama arus lalulintas tetap berlangsung. Artinya mobilitas masyarakat tidak terhambat. Sebab lintasan pelebaran jalan dikerjakan tuntas dan badan jalan terisi sirtu. Kedua,  proses pemadatan material badan jalan terjamin.  Ketiga, efektif dan bertahan lama apabila diaspal. Umumnya ditingkatkan dengan hotmiks atau HRS kelas B.

Sharing pengalaman temanku  ini menyadarkan saya untuk membaca realitas pembangunan jalan di Manggarai Timur. Tak dapat dipungkiri pelebaran jalan tidak mempengaruhi kemudahan akses. Malah mempersulit arus lalulintas masyarakat. Karena itu beberapa saran perlu saya sampaikan lewat kolom ini. Pertama, ubah perencanaan dan penetapan item kegiatan pekerjaan di setiap titik obyek lintasan. Perencanaan mengacu fakta fakta riil dan tingkat kebutuhan di lokasi.

Kedua, kepada pengusaha jasa konstruksi yang mengerjakan kegiatan, Dinas terkait perlu ingatkan struktur lapisan dan volume  tarnya. Selain itu tekankan sistem pemadatan di lokasi rata, tanjak dan menurun. Tidak semua lintasan itu melewati tahap gilas yang sama.  Selama ini, sejauh ini yang saya pantau perlakuan selalu sama untuk lintasan rata, tanjak, dan menurun. Akibatnya pekerjaan lapen tidak bertahan lama.

Jangankan untuk usia tahunan, bertahan dalam hitungan bulan juga tidak bisa. Usai kerja langsung rusak. Dicungkil dengan tangan pun bisa. Aneh bin ajaib kwalitas pekerjaan di Manggarai Timur.

Yang jelasnya, hasil pekerjaan asal jadi merugikan masyarakat. Atas dasar itulah sejumlah wartawan menggelar aksi protes di lembaga DPRD Matim, Jumat (3/12/2021). Sebab menulis saja tidak cukup. Mereka perlu sampaikan secara langsung. Mudah-mudahan  aksi damai dua elemen hari ini menyadarkan para pengambil kebijakan agar mengurus rakyat itu harus jujur dan beradab. *(Kanis Lina Bana)

         

Share :

Baca Juga

Sudut Pandang

Pinjaman Rp 150 M, Solusi atau Menabur Soal?

Kolom

Komponen Menulis yang Harus Diperhatikan Penulis Pemula (1)

Sudut Pandang

Keluarga adalah “Seminari Kecil”

Sudut Pandang

Waduk Lambo, Pelanggaran RTRW Nagekeo

Sudut Pandang

Pertobatan, Jalan Pulang Menuju Kerahiman Allah

Sudut Pandang

Bencana Salah Siapa?

Sudut Pandang

Proficiat Bupati Ande Agas
Sil Joni

Sudut Pandang

Deklarasi Massal: Kelebihan Dosis Afirmasi Publik?