Maria Geong: “Saya Tidak Mau Pemerintahan Saya di Bawah Tekanan” - FloresMerdeka

Home / Demokrasi Mabar / Mimbar Demokrasi

Sabtu, 5 September 2020 - 02:42 WIB

Maria Geong: “Saya Tidak Mau Pemerintahan Saya di Bawah Tekanan”

Calon Bupati Manggarai Barat, drh.Maria Geong, Ph.D didampingi calon wakil bupati Silverius Sukur saat orasi politik pada acara deklarasi Paket Maria-Sil (MISI) di Lapangan Sepak Bola Wae Sambi, Labuan Bajo, Jumat (4/9/2020). (Foto: Flores Merdeka)

Calon Bupati Manggarai Barat, drh.Maria Geong, Ph.D didampingi calon wakil bupati Silverius Sukur saat orasi politik pada acara deklarasi Paket Maria-Sil (MISI) di Lapangan Sepak Bola Wae Sambi, Labuan Bajo, Jumat (4/9/2020). (Foto: Flores Merdeka)


LABUAN BAJO, FLORESMERDEKA.COM– “Saya tidak mau pemerintahan saya ke depan, ada di bawah tekanan oleh siapapun. Karena tugas bupati adalah memberikan perlindungan kepada seluruh resource dan sumber daya manusia. Ini menjadi komitmen kita bersama,” tegas Bakal Calon Bupati Manggarai Barat, drh.Maria Geong, Ph.D dalam orasi politik pada acara deklarasi Paket Maria-Sil (MISI) di Lapangan Sepak Bola Wae Sambi, Labuan Bajo, Jumat (4/9/2020).

Pada kesempatan itu, Maria Geong yang juga paslon incumben menegaskan bahwa prasyarat mutlak untuk pariwisata adalah rasa aman. Karena jika tidak aman maka semua orang akan lari dari Labuan Bajo. Karena itu, paket MISI memiliki komitmen untuk membangun Mabar lima tahun ke depan.

“Ini bukan janji. Komitmen adalah janji padi diri sendiri.Kami memiliki komitmen “ten free atau sepuluh bebas,” kata Maria Geong seraya menguraikan maksud dari sepuluh bebas itu.

Disebutkan, sepuluh bebas yang ia maksudkan yaitu, pertama, bebas dari kemiskinan. Ia menyebutkan, mayoritas masyarakat hidup di desa. Mereka adalah petani. Hampir 50.000 masyarakat berada di bawah garis kemiskinan dengan pendapatan di bawah Rp 300.000. Dan Mabar adalah deretan kedelapan di NTT berada di garis kemiskinan. Karena itu MISI akan memperjuangan masyarakat bebas dari kemiskinan. Ia mengatakan tidak mungkin orang susah, akan menangani pariwisata super premium, pariwisata internasional.

Dikatakannya Mabar dan Labuan Bajo merupakan etalase Indonesia di mata internasional. Karena itu ia akan berjuang untuk membangun desa dan menata kota.

Kedua, bebas dari kebodohan. Kebodohan sebut dia, adalah dalam pengertian pengetahuan dan keterampilan. Oleh karena itu, paket MISI memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas guru-guru dalam hal penghasilan. “Ini harus menjadi komitmen kami. Kami tentu sangat berharap banyak kepada bapa/ibu untuk mengontrol apa yang menjadi visi kami ini,” tandasnya.

Ketiga,bebas dari penyakit-penyakit infeksius. Kata dia, di Mabar punya penyakit berbasis lingkungan seperti malaria, demam berdarah dan rabies. Dan penyakit-penyakit ini sangat ditakuti oleh dunia pariwisata dan mengancam perjalanan pariwisata internasional.

Keempat, bebas sampah dan perkumuhan. Ia mengatakan, di mana-mana, khususnya di Labuan Bajo, dicela karena sampah. Dan ini harus menjadi komitmen bersama agar sampah tidak lagi menjadi isu yang didengungkan.

Kelima, bebas dari kesendirian. Ia menyatakan bahwa selama empat setengah tahun berjalan keliling Mabar, dirinya menyaksikan masih banyak saudara-saudari yang dipasung, masih banyak janda dan duda yang belum mendapat pengakuan pemerintah, masih banyak anak terlantar, orang-orang sakit yang harus menjadi tanggungjawab pemerintah.

Keenam, bebas dari kekerasan. Paket MISI sebut dia, berkomitmen dengan ibu-ibu bahwa tidak ada lagi kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dan hal ini menjadi tanggung jawab kita bersama. “Save the woman, save the nation, save the children, save the future of the nation. Dan ini harus jadi komitmen kita karena anak-anak kita adalah masa depan bangsa dan Negara,” ungkap Mantan Kadis Peternakan Propinsi NTT ini.

Ketujuh, bebas dari praktik premanisme dan rentenir. Ia mengaku mengetahui banyak hal yang menceritakan tentang kesulitan perekonomian perempuan. Ibu-ibu merasa tercekam dengan persoalan utang. Hal ini akan menjadi komitmen bersama.

Kedelapan, bebas dari tekanan. ”Every one have to be free from being under pressure”_ujarnya dalam bahasa Inggris yang fasih. Ia meneybutkan kalau pemerintahan dipimpin oleh lebih dari satu orang, maka pemerintahan menjadi sakit. Dan yang terjadi adalah kelalaian dalam pelayanan. Dan hal ini sulit mewujudkan _good governance. Ia menyatakan pula bahwa banyak orang mengatakan dirinya anti kontraktor.

“Saya katakan, saya tidak pernah anti kontraktor. Tapi yang saya mau, semua orang harus bekerja menurut aturan. Tidak ada perbedaan. Tidak ada pengecualian.Dan saya tidak mau pemerintahan saya ke depan ada di bawah tekanan oleh siapapun. Karena tugas Bupati adalah memberikan perlindungan kepada seluruh resource dan sumber daya manusia. Ini menjadi komitmen kita bersama,” tegasnya lagi.

Ia mengatakan, jika pemerintahan sakit, pasti mereka tidak akan memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Dan tidak mungkin memperjuangkan amanat penderitaan rakyat seperti yang dicita-citakan.

Kesembilan, bebas dari kealpaan dokumen. Ia berjanji jika memimpin Mabar ke depan maka tidak ada lagi orang yang tidak memiliki kartu keluarga sehingga tidak memiliki jaminan-jaminan sosial yang pantas dia terima. Karena itu, semua orang dipastikan memiliki KTP dan dokumen Akte Kelahiran serta BPJS. Kata dia, tidak mungkin orang-orang miskin bisa masuk rumah sakit tanpa Kartu BPJS.

Warga harus dilindungi dan diberikan jaminan kesehatan oleh pemerintah.
Termasuk perlindungan tanah-tanah adat, land protection, people protection. Data harus lengkap. Paket MISI juga menjanjikan agar masyarakat memiliki database kepemilikan hak atas tanah sehingga tidak ada lagi orang yang menjadi korban baik secara adat maupun secara partikelir.

Kesepuluh, bebas dari isolasi. Ia menyebutkan banyak desa yang belum dijangkaui infrastruktur jalan. Ada Kampung yang masih gelap. Ada desa yang belum memiliki air sama sekali. “Saya yakin ibu-ibu tidak lagi menderita karena air. Kalau bagi bapa bapa, air bukan masalah. Hanya perempuan yang berpikir soal air. Karena perempuan tanpa air, dia tidak akan hidup tenang,” pungkasnya.

Ia mengatakan bahwa bagi bapa-bapa mungkin hanya butuh air sekadar untuk minum kopi. Tetapi bagi ibu-ibu tidak bisa hidup tanpa air. Banyak ibu yang menangis karena tidak memiliki air bersih. “Perempuan harus hidup dengan sanitasi yang bersih. Ini adalah komitmen paket MISI,”tegasnya lagi.

Pada bagian lain ia mengatakan, Mabar memiliki SDA dan SDM yang berkualitas. Oleh karena itu harus mampu memanfaatkan sumber daya yang ada. Para petani, nelayan dan peternak mesti diberdayakan untuk membangun kesejahteraan masyarakat. Ia juga menyebutkan program ATM (Ayam Tabungan Masyarakat) dan ibu-ibu perlu memiliki bank account atau rekening bank.

“Saya pikir ini menjadi sangat penting. Kalau kita tidak mempunyai rekening bank, bagaimana mungkin kita merasa nyaman dalam hidup kita,” ujarnya.

Selain itu, juga harus memiliki jaminan-jaminan sosial jaminan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. Setiap orang menjadi mandiri secara ekonomi dan mandiri secara sosial. Kita harus mampu berdiri di atas kaki sendiri. (pks)

         

Share :

Baca Juga

Demokrasi Mabar

Martinus Mitar Resmi Menjabat Ketua DPRD Mabar

Demokrasi Mabar

Sil Syukur Berjanji Sejahterakan Para Petani
Bupati Mabar, Edistasius Endi saat membuka Musrembang RKPD.(foto: Kornelis Rahalaka/ Floresmerdeka)

Demokrasi Mabar

Bupati Mabar Pecat Satu ASN dan Tujuh Honda

Demokrasi Mabar

KPUD Tetapkan Edi-Weng Bupati-Wabup Mabar

Demokrasi Mabar

Menjadi Pemimpin, Jangan jadi Pengkianat!
Penandatanganan nota kesepakatan pinjaman daerah antara pemda dan DPRD Mabar. (Foto:Kornelis Rahalaka/Floresmerdeka}

Demokrasi Mabar

Pemda dan DPRD Mabar Sepakat Pinjam Dana Rp.1,8 Triliun

Demokrasi Mabar

MK Tolak Gugatan Paket Misi
Philips Fransiskus didampingi anggota fraksi PAN DPRD Sikka saat menampaikan permintaan maaf.(foto:Ist)

Mimbar Demokrasi

RDP Ricuh, Fraksi PAN DPRD Sikka Minta Maaf