LABUAN BAJO, FLORESMERDEKA.COM- Desa Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) Nusa Tenggara Timur (NTT) telah lama ditetapkan pemerintah sebagai salah satu desa wisata internasional. Namun kondisi infrastruktur dan ketersediaan fasilitas di tempat ini boleh dibilang masih sangat buruk dan minim. Jalan masuk ke Kampung Cecer sebagai pusat aktivitas pariwisata sangat memprihatinkan.
“Jalan masuk ke kampung ini tidak sampai satu kilo, tapi pemerintah tidak bisa bikin baik atau dihotmix. Padahal, desa ini sudah menjadi desa wisata,” tandas Kristo Nison, Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Liang Ndara saat menerima kunjungan rombongan media dan jajaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) di Liang Ndara, Kamis (25/3/2021).
Dia menyebutkan, selain infrastruktur jalan yang buruk, sejumlah fasilitas kepariwisataan yang dibangun oleh pemerintah di desa ini juga mubazir dan tidak sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal. Ia menyebutkan, sebanyak 11 unit homestay telah dibangun oleh Kementerian PURR namun semua fasilitas tersebut kini mubazir. Salah satu faktor penyebab adalah pembangunan dirancang oleh pemerintah tanpa mempertimbangkan aspek sosial budaya, kearifan dan karakteristik lokal serta proses perencanaan tidak melibatkan pemerintah dan masyarakat setempat.
Padahal, menurut dia, anggaran yang dikucurkan untuk membangun desa wisata Liang Ndara cukup besar. Beberapa proyek telah dibangun namun tidak menjawab persoalan dan tidak memenuhi kebutuhan masyarakat dan para wisatawan. Proyek 11 unit homestay yang dibangun dengan anggaran miliaran rupiah kini mubazir demikian pula pembangunan fasilitas panggung untuk pementasan seni budaya serta proyek MCK samasekali tidak bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Selain itu, proyek air minum bersih pun sampai sekarang belum mendapat perhatian pemerintah serius pemerintah. Padahal, wilayah Desa Liang Ndara memiliki sumber air yang banyak dan sebagian dialirkan ke Kota Labuan Bajo untuk memenuhi kebutuhan warga kota. Ironisnya, warga setempat justru mengalami krisis air bersih terutama pada musim kemarau tiba. Karena itu, ia mendesak pemerintah pusat dan daerah agar segera memperhatikan infrasruktur di wilayah ini.
Sementara itu, informasi yang dihimpun Floresmerdeka menyebtkan, meskipun di tengah pandemi virus corona, namun tingkat kunjungan wisatawan ke desa ini cukup besar. Selama masa pandemi, jumlah kunjungan tercatat mencapai 4000 pengunjung terhitung dari tahun 2020 sampai Maret 2021. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat beberapa bulan ke depan seiring dengan semakin menurunnya dampak Covid-19 dan kesadaran masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan. (Kis)