Pulau Sukun, Pesona Alam yang Tersembunyi - FloresMerdeka

Home / Warisan Flores

Sabtu, 20 Maret 2021 - 14:59 WIB

Pulau Sukun, Pesona Alam yang Tersembunyi

MAUMERE, FLORESMERDEKA.COM- Pulau Sukun menyuguhkan daya pikat. Nun jauh di utara laut Flores. Tak tampak tertatap sejauh mata memandang dari daratan Flores. Ketika kita berada di pulau Palue barulah akan kelihatan dengan kasat mata. Di Pulau Sukun ini ada sebuah danau dan dua pantai berpasir putih. Ketiganya memiliki keunikan masing-masing.

Keadaannya masih ‘perawan’. Belum tersentuh pencemaran sampah ulah manusia. Panorama tiga destinasi tersebut menarik untuk dinikmati. “Pada tahun sembilan belas delapan puluhan wisatawan manca negara pernah berkunjung ke pulau ini. Bule-bule asal negeri Belanda, Perancis dan Australia itu pernah menyambangi pulau terluar ini. Wisatawan itu datang untuk menyambangi danau Samparong dan dua pantai indah yakni Nendoi dan Leto’e,” tutur Aklamin, pegiat sosial, asal Desa Samparong, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka kepada Floresmerdeka beberapa waktu lalu.

Sebuah danau seluas sekitar 2.500 meter persegi. Air berasa ada kandungan garam tinggi. Ada fenomena alam di danau tersebut. Tatkala matahari mulai terbit akan terlihat bias pancaran sinar menyerupai pelangi. Dahulu kala, leluhur-nenek moyang meyakini danau ini sebagai hunian arwah anggota keluarga yang telah meninggal dunia. Oleh karena itu, dalam saban tahun diadakan ritual di danau tersebut.

Selain cocok sebagai tempat wisata alam juga tempat ritual berladang dan melaut. Ketika musim tanam tiba, warga selalu menggelar upacara adat tuan tewo yakni upacara mempersembahkan sesajian bagi arwah nenek moyang. Saat itu, mereka mengungkapkan permohonan pada penghuni danau agar tanaman memberikan hasil panen berlimpah. Bahan-bahan sajian untuk keperluan upacara adalah hewan sembelihan seperti kambing, gulungan rokok tembakau, daun pisang yang digunting menyerupai piring dan telur ayam.

Momen dilaksanakan upacara adat tuan tewo tiba maka semua warga diundang. Mereka berkumpul di rumah tokoh adat. Di kediaman inilah warga memasak semua kebutuhan konsumsi secara bersama-sama. Kemudian segala makanan dan lauk dibawa warga ke danau setelah siap saji. Sebelum ‘perjamuan bersama’ tokoh adat menggelar upacara.

Usai sajian dipersembahkan, barulah seluruh warga dapat menikmati masakkan secara bersama-sama. Sambil bersantap ‘anggota adat’ menabuh gendang dan mementaskan tarian lokal. Ritual ini tak cuma diadakan pada musim tanam, tapi juga saat nelayan hendak turun melaut. Biasanya, semua kru kapal atau anak buah kapal berkumpul di rumah juragan. Tokoh adat mengantar mereka pergi ke danau untuk melaksanakan ritual. Ritual tersebut diadakan terakhir pada tahun 1930-an.Kini acara adat tradisional-kepercayaan warisan leluhur itu sudah ditinggalkan oleh warga. Sebab ada pemikiran bahwa upacara itu adalah berhala.

Dari perkampungan menuju danau berjarak sekitar 4 kilometer. Ditempuh berjalan kaki dengan menghabiskan waktu kira-kira sejam lebih. Para tamu lokal yang datang berkunjung di Desa Samparong mesti menemui danau yang satu ini. Yang terjadi selama ini aparat pemerintah dari kecamatan dan kabupaten selalu menyediakan waktu secara khusus dalam kunjungan kerja untuk pergi mengapresiasi keyakinan kearifan lokal setempat.

Pengalaman sudah membuktikan bahwa apabila melangkahi tradisi ini maka akan ketimpa bahaya ketika pulang meninggalkan lokasi. Pantai Nendoi mempunyai pantai berpasir berwarna kekuningan. Lereng dan dataran ditumbuhi pohon-pohon lokal. Air laut belum terkena polusi. Bebatuan dan terumbu karang serta ikan-ikan kecil berenang bergerombolan. Biota disini dapat disaksikan dengan kasat mata dari permukaan air laut hingga dasar laut. Jarak tempuh dari perkampungan dengan menggunakan kapal motor laut kurang lebih 25 menit. Berkendaraan darat roda dua menghabiskan waktu sekitar 5 menit.

Biasanya pengunjung lebih memilih berjalan kaki ketimbang menggunakan kendaraan. Sebab pemandangan eksotis sepanjang jalan suguhan ‘buah karya alam’ dapat memanjakan mata.Pantai Leto’e berpasir putih. Beragam pohon tumbuh di lereng dan lembah serta di tanah datar. Perairan laut bening. Ikan-ikan kecil bergerak renang melintasi bebatuan dan terumbu karang. Pemandangan ini dapat terlihat dengan jelas hingga ke dasar laut.

Menuju lokasi pantai Leto’e dengan menggunakan kapal motor laut dari perkampungan memakan waktu sekitar 15 menit. Dan berkendaraan darat roda dua diperlukan waktu 5 menit. Pada umumnya yang terjadi selama ini, para pengunjung lebih memilih berjalan kaki ketimbang menggunakan kendaraan. Sebab mereka hendak ‘berolah raga’ sambil merasakan suasana alam dan pemandangan sepanjang perjalanan.

Destinasi ini menjadi area berjemuran di bentangan pantai berpasir putih usai mandi dan bersenang-senang sembari memandang alam luas yang seakan tak bertepi. Mungkin para petualang bernaluri pencinta alam bakal bertandang ke pulau seluas 5,00 km2 dengan jumlah penduduk 917 jiwa. Pantai bernuansa alami ini masih terus dibutuhkan perhatian khusus agar tak tersentuh ulah pencemaran.

Menemui pulau yang satu ini memerlukan kesabaran. Anda mesti menyeberangi laut utara pulau Flores dengan menumpangi kapal motor laut. Transportasi kapal motor laut adalah pilihan satu-satunya. Penyeberangan dari pelabuhan Laurens Say Maumere atau pelabuhan Geliting-Kewapante menuju pulau Sukun berjarak tempuh sekitar 5 hingga 6 jam. Namun, ketika tiba di tempat ini, Anda akan disuguhi panorama alam yang menawan dan sangat boleh jadi, membuatmu lupa pulang. (Benediktus Kasman)

          more

Share :

Baca Juga

Warisan Flores

Taman Sutra di Bibir Pantai Selatan Kota Komba

Bumi Manusia

Tradisi Berburu Binatang Hutan

Bumi Manusia

Grup Musik Slank dan Cunca Jami yang Manis

Warisan Flores

Sambilewa, Mosaik Keramat Melukis Makna (1)

Bumi Manusia

Mengintip Larantuka, Kota Renya yang Memukau
Tradisi Paca

Bumi Manusia

‘Paca’, Tradisi Perkawinan Manggarai Terancam Hilang

Bumi Manusia

Uniknya Ebang, Rumah Adat Multi Fungsi di Kedang
Pedestrian Kota: Ruang Ekspresi Warga dan Wisatawan Menikmati Labuan Bajo

Warisan Flores

Pedestrian Kota: Ruang Ekspresi Warga dan Wisatawan Menikmati Labuan Bajo