Investasi SDM Generasi Muda NTT Melalui Australia Award Indonesia - FloresMerdeka

Home / Sudut Pandang

Kamis, 22 Juli 2021 - 14:05 WIB

Investasi SDM Generasi Muda NTT Melalui Australia Award Indonesia

Siprianus Jemalur

Siprianus Jemalur

Oleh:  Siprianus Jemalur*

Pada tahun 2021 ini, pemerintah Australia kembali membuka pendaftaran beasiswa bagi warga negara Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan beasiswa S2 (Master) dan S3 (doktor) di berbagai kampus di Australia. Pada umumnya, beasiswa pemerintah Australia ini lebih banyak dialokasikan untuk jenjang S2 (Master) dibandingkan dengan program S3 (doktor). Melalui program beasiswa ini, diharapkan ada peningkatan sumber daya manusia yang lebih unggul dan kompeten bagi kualitas pembangunan di Indonesia dan NTT secara khusus.

Karena itu, peluang ini sudah seharusnya dimanfaatkan oleh generasi muda NTT secara khusus sehingga dapat berkontribusi secara maksimal dalam mewujudkan NTT yang lebih maju dan sejahtera ke depan. Selain menyediakan program beasiswa jangka panjang/long term (S2 dan S3),dalam beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah Australia juga secara rutin menyediakan program beasiswa jangka pendek/short term dalam bentuk short course (kursus singkat) bagi warga Indonesia termasuk NTT dengan berbagai topik seperti pariwisata berkelanjutan, pemberdayaan ekonomi, kebijakan publik, sanitasi, kesehatan, lingkungan dan sebagainya. Secara prinsipil, baik beasiswa jangka pendek maupun jangka panjang memiliki tujuan untuk meningkat sumber daya manusia yang unggul dalam berbagai sektor pembangunan di NTT.

 Sebagai Salah Satu daerah Prioritas

Generasi muda NTT tentu sangat beruntung karena NTT merupakan salah satu daerah fokus yang diprioritaskan dalam beasiswa Australia Award ini. Selain NTT, beberapa propinsi lain yang juga menjadi daerah prioritas beasiswa adalah Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat dan Aceh. Sebagai daerah fokus, ada beberapa tindakan afirmatif yang dilakukan misalnya persyaratan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan standar umum. Demikian juga dengan dengan sertifikat TEOFL/IELTS. Standar IELTS untuk program S2 bagi yang berasal dari daerah fokus adalah 5,0 (IELTS) Atau 500 TOEFL paper based. Demikian pun dengan persyaratan beasiswa program doktor.

Penetapan daerah fokus ini tentu didasarkan pada berbagai pertimbagan seperti indeks Pembangunan Manusia (pendidikan) yang masih relatif rendah dibandingkan dengan daerah atau propinsi lain di Indonesia.Terlepas dari status kita sebagai daerah dengan IPM rendah, kebijakan afirmatif tersebut tentu merupakan peluang yang sangat besar bagi generasi muda NTT untuk meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia kita yang lebih berkualitas ke depan sehingga kelak akan menjadi daerah  maju dan sejahtera.

Harus diakui bahwa dalam kurun waktu yang cukup lama, ada disparitas yang sangat tajam dalam hal pengembangan sumber daya manusia generasi muda kita di Indonesia, terutama antara daerah yang sudah maju dan daerah yang masih terbelakang atau terpinggirkan. Salah satu hal konkrit yang dapat dilihat secara kasat mata adalah terkosentrasinya lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan  di daerah-daerah maju seperti Jawa dan Bali, dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Indonesia termasuk daerah bagian timur Indonesia. Sebagai konsekuensi logis dari hal tersebut adalah bahwa generasi-generai muda yang tinggal di daerah perkotaan memiliki akses yang lebih mudah dan berkembang lebih cepat  dibandingkan dengan generasi muda kita di daerah-daerah terpencil di Indonesia termasuk NTT dan Papua. Karena itu, perhatian untuk pengembangan SDM generasi muda di daerah yang masih tertinggal perlu mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah ke depan.

Kondisi ini tentu harus diakhiri demi terciptanya pemerataan akses dan keadilan bagi seluruh warga negara. Salah satu medium untuk mengentaskan disparitas tersebut adalah melalui berbagai program beasiswa pendidikan baik formal maupun nonformal bagi warga terutama generasi muda kita Indonesia Timur termasuk beasiswa Australia Award ini.

Memperoleh beasiswa untuk studi S2 atau S3 baik di dalam dan terutama di luar negeri tentu bukanlah hal yang mudah tetapi membutuhkan berbagai upaya dan perjuangan. Hal ini tentu dapat dipahami karena untuk mendapatkan beasiswa tersebut membutuhkan begitu banyak persyaratan baik secara administratif maupun substansi(akademik).Salah satu persyaratan administatif yang harus dipenuhi oleh pelamar beasiswa baik pada level master dan doktor adalah sertifikat TOEFL/ILETS yang masih berlaku (2 tahun terakhir).

Persyaratan tentang sertifikat TOEFL/IELTS ini berlaku pada hampir seluruh penyedia beasiswa S2/S3 baik baik Australia Award maupun  LPDP dan penyedia beasiswa lainnya.Jika persyaratan teknis ini tidak dipenuhi,maka pelamar yang bersangkutan pasti akan gugur dengan sendirinya meskipun secara akademik sangat potensial untuk mendapatkan beasiswa tersebut (Siprianus Jemalur, Klik Labuan Bajo, 2020)

Harus diakui dengan jujur bahwa salah satu faktor utama mengapa generasi muda daerah 3T dan generasi muda Indonesia Timur tidak melanjutkan pendidikan S2 dan S3 mereka adalah persyaratan administratif sertifikat TOEFL/IELTS tersebut. Persoalannya bukan pada kemampuan berbahasa itu sendiri tetapi terbatasnya akses baik dalam melakukan kursus maupun lembaga tes bahasa inggris yang resmi atau legal. Lembaga-lembaga yang legal atau resmi untuk menyelenggarakan tes TOEFL atau IELTS pada umumnya berada di kota-kota besar seperi Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Bali, Makasar dan sebagainya.

Jika tidak keliru, dalam konteks kita di NTT, lembaga yang memiliki legalitas untuk menyelenggarakan test TOEFL hanya ada di Universitas Nusa Cendana di Kupang. Itu berarti, generasi muda kita yang berasal dari desa di pelosok Manggarai Barat atau Ngada misalnya terpaksa harus mengikuti tes di Kupang jika ingin mendapatkan sertifikat TOEFL. Itu berarti, peserta harus menyiapkan tenaga dan uang yang relatif besar untuk mengikuti tes tersebut.

Perluas Terobosan Konkrit

Dalam hampir satu dekade terakhir ini, ada satu terobosan konkrit baru yang berhasil dirintis oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta melalui lembaga Australia Awards Indonesia yaitu program ELTA (English Language Training Assistance) yang dirintis mulai tahun 2011 di beberapa propinsi di Indonesia Timur yaitu  Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, NTT dan NTB. Program ELTA ini bertujuan untuk memfasilitasi generasi muda di Indonesia Timur yang ingin melanjutkan pendidikan S2 atau S3 mereka di Autralia tetapi terkendala dengan bahasa inggris dan sertifikat IELTS yang dibutuhkan untuk melamar beasiswa tersebut.

Program ELTA ini adalah program kursus bahasa inggris secara intensif selama tiga bulan di beberapa daerah tersebut dan pada umumnya diakhiri dengan test IELTS.Seluruh biaya kursus bahasa inggris selama tiga bulan tersebut dan ujian ILETS ditanggung sepenuhnya oleh inisiator program.Program ini telah berhasil memfasilitasi ratusan generasi muda di enam propinsi di Indonesia Timur untuk melanjutkan pendidikan S2 atau S3 mereka di Australia maupun di negara-negara lain termasuk di berbagai kampus di Indonesia.

Namun demikian, harus diakui dengan jujur juga bahwa program ini belum mampu mengakomodir semua generasi muda potensial di Indonesia Timur karena kuotanya yang masih sangat terbatas yaitu 30 orang per program dalam kurun waktu satu tahun. Selain itu, program ELTA ini masih terpusat di ibukota Propinsi sehingga belum mampu mengakomodir berbagai generasi muda potensial yang tersebar di berbagai kabupaten di enam propinsi tersebut. Jika program ini dipusatkan pada setiap kabupaten/kota,maka pasti ada ribuan generasi muda kita yang berhasil difasilitasi untuk pengembangan potensi mereka. Meski demikian,program ini tentu adalah sebuah sebuah inisiatif yang sangat berharga bagi generasi muda Indonesia Timur untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilann mereka  melalui berbagai program beasiswa S2 atau S3 di dalam dan luar negeri.

Perlu Dukungan Pemerintah Daerah dan Stakeholder lain

Ribuan peluang beasiswa bagi generasi muda kita telah banyak yang hilang karena persoalan teknis yaitu sertifikat TOEFL/IELTS.Kita tentu berharap bahwa peluang-peluang emas bagi generasi muda kita ke depan ini tidak hilang lagi. Karena itu, dukungan serius dari berbagai pihak terutama pemerintah kabupaten di berbagai kabupaten di NTT menjadi sangat penting. Salah satu upaya yang paling  tepat dilakukan adalah melakukan kerja sama dengan lembaga-lembaga kursus bahasa inggris terakreditasi yang menyediakan training sekaligus test TOEFL/IELTS. Lembaga-lembaga yang menyediakan kursus tersebut misalnya perguruan tinggi seperti Universitas Nusa Cendana Kupang, Universitas Udayana Bali, atau lembaga seperti IDP atai IALF Bali dan sebagainya.Kerja sama dengan lembaga ini perlu dilakukan di berbagai kabupaten di NTT.

Melalui kerja sama dengan lembaga atau institusi di atas, setidaknya ada beberapa manfaat yang dapat didapatkan oleh kabupaten masing-masing. Pertama, pemerintah kabupaten telah secara serius untuk menginvestasikan sumber daya manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang bagi warga masyarakatnya terutama bagi generasi muda. Kedua, generasi muda yang mendapatkan beasiswa ini kelak akan kembali ke daerahnya dan berkontribusi positif bagi pembangunan di daerahnya dan menjadi aktor perubahan sosial bagi masyarakat. Ketiga, pemerintah daerah tidak perlu menghabiskan anggaran daerah untuk membiaya pendidikan peserta beasiswa karena seluruhnya ditanggung oleh penyedia beasiswa tersebut.

Dukungan untuk pengembangan SDM generasi muda kita di NTT tentu saja tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah semata-mata tetapi juga dapat dilkukan oleh berbagai kelompok masyarakat sipil seperti lembaga keagamaan seperti Keuskupan, PGI, MUI, LSM Lokal, perusahaan daerah dan sebagainya.Bila hal ini dapat dilakukan secara serius ke depan, maka kita akan memiliki optimisime yang sangat kuat bahwa NTT tentu akan menjadi daerah yang maju dan sejahtera ke depan. Sebaliknya,tanpa upaya serius untuk mengembangkan SDM generasi muda kita ke depan, maka status NTT sebagai daerah terbelakang tetap melekat secara permanen pada kita. *

Penulis adalah Penerima Beasiswa LPDP 2015 dan Alumni Short Course Australia Awards Indonesia on Sustainable Tourism, Australia 2019. Inisiator sekaligus Ketua Perkumpulan ludung Weru. Saat ini bekerja sebagai Staf Ahli Ibu Julie Sutrisno Laiskodat, Dapil Manggarai Raya

Share :

Baca Juga

Kolom

Christ Rotok-Deno Kamelus dan Perjumpaan Peradaban (1)

Sudut Pandang

Kentut di Lehong Bau di Gunung Baru

Kolom

Potensi Wisata Flores dan Harapan Pengembangannya
Kanis Lina Bana

Sudut Pandang

Saya, GL Max dan Pater Horts Baum, SVD

Kolom

Mental Revolusioner

Sudut Pandang

Menyoal Peran Elit Dalam Managemen Bencana NTT

Sudut Pandang

Sales Medi VS Christina Natalia Carvallo, Siapakah Sesamamu?
Nikolaus Taman,S.Pd

Kolom

Krisis Air dan Pilkada Manggarai Barat