Memburu Peluang di Tengah Pandemi Covid 19 | FloresMerdeka

Home / Sudut Pandang

Senin, 7 Juni 2021 - 12:12 WIB

Memburu Peluang di Tengah Pandemi Covid 19

Siprianus Jemalur

Siprianus Jemalur

(Catatan untuk Generasi Muda Kita)

Hosting Unlimited Indonesia

Oleh Siprianus Jemalur*

Hampir dua tahun pandemi covid 19 telah melanda dan menghantui sebagian besar umat manusia di dunia. Sampai saat ini, ia belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan segera berakhir. Gejala yang relatif menggembirakan adalah bahwa pandemi perlahan-lahan mulai mengecil dibandingkan dengan masa-masa kritis sebelumnya.

Iklan Kementerian Agama

Pandemi Covid 19 memiliki dampak yang sangat luas dan besar, baik dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, agama, politik, pendidikan dan sebagainya. Dengan tidak mengabaikan sisi-sisi lainnya, nyawa merupakan salah satu dampak yang paling mendasar dan mendalam dari pandemi ini. Kematian karena covid tidak mengenal batas usia, etnis, suku, agama, jenis kelamin bahkan negara. Pandemi membuat ratusan ribu bahkan jutaan umat manusia, baik anak-anak maupun orang dewasa, beragama atau pun ateis, negara maju atau pun berkembang, orang miskim maupun orang kaya, laki maupun perempuan telah meninggal dunia (Kontan.co.id, 18 April 2021).

Pada bidang ekonomi, pandemi telah melumpuhkan  berbagai aktivitas ekonomi pada hampir semua level, baik mikro maupun makro. Kondisi ini tidak saja terjadi pada daerah atau negara berkembang tetapi juga negara-negara maju. Ratusan bahkan jutaan warga kehilangan pekerjaan. Berbagai perusahaan, baik skala kecil maupun besar terpaksa ditutup karena stagnannya aktivitas ekonomi. Pada sektor sosial, relasi dan interaksi sesama manusia relatif dipersempit dan nyaris terisolasi satu sama lain. Fenomena seperti mirip neraka karena yang lain dapat menjadi ancaman bagi saya dan sebaliknya.Jika yang lain terpapar, maka ia menjadi ancaman terhadap hidup saya, bahkan potensial sebagai sumber ‘kematian”saya. Demikian pun sebaliknya.

Dalam bidang keagamaan, pandemi telah membuat tempat-tempat ibadah menjadi lengang. Berbagai perayaan-perayaan besar keagamaan seperti, natal, paskah, waisak, idul fitri dan sebagainya dirayakan secara terbatas, dibandingkan pada masa-masa sebelum pandemi ini menghinggapi kehidupan kita. Dalam bidang pendidikan, ruang-ruang kelas, ruang-ruang kampus ruang seminar atau konferensi. Ruang konferensi semakin sepi karena tidak dikunjungi oleh siswa, mahasiswa, guru, dosen dan sebagainya.

Pada saat yang sama, interaksi personal maupun sosial secara virtual menjadi media yang paling umum digunakan oleh umat manusia. Pembelajaran sekolah terpaksa dilakukan dengan menggunkan android, seminar, wisuda, rapat-rapat pemerintahan pun dilakukan secara online. Penggunaan media online pada satu sisi membawa keuntungan ekonomi bagi pihak lain. Penguasa teknologi tentu membawa dampak yang sangat besar dengan siatem ini. Sebagai.contoh adalah penemu aplikasi zoom Eric Yuan. Dengan aplikasi yang dibuatnya, orang ini telah dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya baru di dunia (Kompas.com, 8 April 2020).

Hal ini tentu dapat dipahami karena jutaan warga dunia telah menggunakam aplikasi ini sebagai media komunikasi oleh berbagaj pihak. Pada sisi lain, sistem viertual ini juga menciptakan kesulitan baru terutama bagi masyarakaf kecil. Sistem online membuat warga terpaksa menghabiskan uang untuk membeli android dan pulsa internet. Jika tidak, ia tentu pasti tertinggal dari berbagai kegiatan pembelajaran. Bagi masyarakat berpenghasilan tinggi, membeli android tentu bukanlah masalah serius, tetapi bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, hal ini menjadi persoalan apalagi dalam kondisi ketiadaan pekerjaan.

Peluang Baru

Terlepas dari berbagai dampak negarif yang dibawa oleh covid 19, pandemi ini juga menciptakan peluang yang sangat istimewa bagi kelompok generasi muda di kawasan Indonesia Timur, khususnya dapat mengikuti berbagai kegiatan secara online baik ujian kenaikan kelas, ujian skripsi, tesis, wisuda, pembelajaran akademik dan sebagainya.

Salah satu manfaat yang paling baik dan menarik adalah  sistem ujian toefl online. Jika tidak keliru, ujian toefl online baru berkembag pesat pada periode pandemi ini. Salah satu lembaga res roefl secara online saat ini adalah ELTI Yogyakarta.  Pada 17 Maret 2021, saya mengikuti tes toefl online yang diselenggarakan oleh ELTI Yogyakarta. Ada dua motivasi utama saya mengikuti tes ini. Pertama, tentu untuk mengukur kemampuan bahasa inggris melalui sistem online.

Pada tes tersebut, saya mendapatkan nilai 523. Nilai ini tentu belum termasuk kategori tinggi juga kategori rendah. Dengan nilai tersebut, setidaknya saya dapat memenuhi syarat untuk melamar beaaiswa master atau S2 beasiswa Australia Award Indonesia Scholarship (AAI). Nilai yang sama juga memenuhi syarat untuk melamar atau mendaftar program doktoral baik di dalam maupun luar negeri beasiswa Afirmasi LPDP.

Kedua, selain mengukur kemampuan berbahasa inggris, keikutsertaan saya pada tes toefl online yang diselenggarakan oleh ELTI Yogyakarta adalah untuk mendorong generasi muda kita di Manggarai Barat dan Manggarai Raya secara umum untuk mengikuti tes ini. Dengan tes secara online ini, biaya tes menjadi sangat murah dan mudah bahkan dapat dilakukan dari rumah sejauh jaringan internet kita cukup memadai.

Kesempatan tes online tentu sangat jauh berbeda dengan offline yang umumnya dilakukan selama ini. Selain lokasi tes yang relatif jauh, tes offline juga membutuhkan biaya yang sangat mahal baik biaya transportasi, akomodasi dan tentu biaya tes itu sendiri. Hal ini disebabkan karena tes toefl biasanya hanya terpusat di kota-kota besar dan sangat minim di daerah yang masih berkembang seperti  NTT dan Papua. Dengan demikian, tes toefl online tentu akan menjadi pilihan terbaik saat ini karena selain mudah diakses juga biayanya sangat murah.

  • Sertifikat TOEFL

Sertifikat Toefl merupakan salah satu syarat administratif yang umumnya dibutuhkan untuk melamar berbagai program beasiswa S2 dan S3, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa penyedia beasiswa seperti Australia Award Indonesia, Aminef dan LPDP adalah diantara penyedia beasiswa yang menyaratkan sertifikat TOEFL ini. Masing-masing provider beasiswa ini memiliki standar nilai toefl.

Untuk program S2 ke Australia yang disediakan Australia Award Scholarship misalnya, syarat TOEFL minimal adalah 500. Sedangkan untuk beasiswa S2 keluar negeri yang disediakan oleh LPDP khususnya jalur daerah afirmasi, syarat TOEFL minimal adalah 400. Dengan perbandingan nilai skor toefl tersebut, kita menemukan bahwa beasiswa LPDP tentu jauh lebih mudah dibandingkan dengan beasiswa lainnya.

Dengan adanya sistem tes toefl online ini,  maka ini tentu merupakan kesempatan paling baik bagi kita generasi muda NTT dan Manggarai Raya secara khusus untuk memanfaatkan peluang beasiswa ini. Berdasarkan data yang dirilis LPDP 2021, Manggarai Raya merupakan tiga daerah yang masuk kategori daerah afirmasi. Sebagai daerah afirmasi, ada kebijakan khusus soal beberapa persyaratan yang jauh lebih mudah dibandingkan dengan daerah lain seperti IPK minimal 2,5 dan skor TOEFL 400.

Dalam kemudahan persyaratan tersebut, generasi muda kita tentu diharapkan untuk memanfaatkan peluang ini. Hampir semua penyedia beasiswa S2 dan S3 di atas, baik oleh Australia Award Indonesia untuk studi S2 di berbagai kampus di Australia, beasiswa Fullbright yang disediakan oleh Aminef untuk studi di berbagai kampus di Amerika Serikat maupun beasiswa LPDP untuk studi S2 di berbagai kampus di luar negeri  ditanggung atau dibiayai secara penuh. Beasiswa ini tidak hanya membebaskan kita dari biaya pendidikan, tetapi juga biaya hidup termasuk tunjangan keluarga selama kita studi.

Dengan melihat skema pembiayaan lengkap tersebut, kesempatan ini tentu terbuka bagi seluruh generasi muda kita, tanpa latar belakang jenis kelamin, status ekonomi maupun status sosial. Dalam arti itu, maka  anak perempuan, anak seorang petani, anak yatim memiliki kesempatan untuk studi ke Amerika atau Eropa sejauh mereka lolos seleksi beasiswa tersebut.

Covid 19 sudah pasti membawa dampak yang sangat besar dan luas bagi seluruh umat manusia. Namun demikian, covid 19 juga telah menciptakan kesempatan baru bagi kita terutama bagi generasi muda kita. Kita berharap semoga generasi muda kita dapat memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan terbaik ini. Pilihan tentu ada di tangan kita.Take or leave it?

*Penulis adalah alumni LPDP 2015 dan Peserta Australia Award Scholarahip  On Sustainable Tourism Development, Australia, 2019. Inisiator sekaligus Ketua Perkumpulan Ludung Weru. Saat ini bekerja sebagai TA Ibu Julie Sutrisno Laiskodat, Dapil Manggarai Raya

Share :

Baca Juga

Sudut Pandang

Diskursus Budaya Pop Versus Gaya Hidup Remaja Bercermin dari Pikiran Pierre Bourdieu
Nikolaus Taman, S.Pd

Sudut Pandang

Sekilas Refleksi atas Kepergian Ibu Delvina Azi

Sudut Pandang

Sepenggal Kabar untuk Bupati Ande Agas
Sil Joni

Sudut Pandang

‘Status’-mu Merobek Jantungku

Sudut Pandang

Pelayanan Publik Bebas KKN

Kolom

Potensi Wisata Flores dan Harapan Pengembangannya

Sudut Pandang

Menelisik Dugaan “Malpraktek Hukum” Penyidik Polsek Waelengga

Sudut Pandang

“Komodo” di Persimpangan Jalan Politik