Mengendus Jejak : Dari Kopi Colol Hingga Hotel Berbintang (Bagian 2) | FloresMerdeka

Home / Ekonomi

Sabtu, 29 Mei 2021 - 03:52 WIB

Mengendus Jejak : Dari Kopi Colol Hingga Hotel Berbintang (Bagian 2)

Seorang petani sedang memanen kopi.(foto:Ist)

Seorang petani sedang memanen kopi.(foto:Ist)

Keindahan alam Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tentu tidak hanya sebatas pada indahnya taman bawah laut yang dihuni oleh banyak spesies yang unik dan langka, pun juga dengan susunan terumbu karang yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong yang menggemari wisata selam. Atau juga dengan satwa langka Varanus Komodoensis.

Hosting Unlimited Indonesia

Cerita tentang keindahan alam Flores tentu juga terdapat pada lanskap pegunungan yang membentang luas mulai dari Larantuka, Kabupaten Flores Timur (Flotim) hinggah Golo Mori, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), diwilayah Flores bagian barat. Tersembunyi jauh di dalam kawasan pegunungan ini pun salah satu komoditi perkebunan terbaik yang pernah ada di dunia. Kopi Flores.

Inilah cikal bakal kopi Arabika Flores dan Robusta Flores begitu di gandrungi. Salah satu sentra penghasil kopi Flores terbesar di Pulau ini tersebar di tiga kabupaten yakni Kabupaten Manggarai Timur, Kabupaten Manggarai dan Kabupaten Manggarai barat.

Iklan Kementerian Agama

Data pada tahun 2019 menunjukan luas lahan kopi di Manggarai Timur mencapai 12.716 Ha dengan total produksi mencapi 2.571 ton. Di Kabupaten Manggarai luas lahan sebesar 7.460 Ha dengan total produksi mencapai 2.561 ton dan di Kabupaten Manggarai Barat, luas lahan mencapai 7.347 Ha dengan total produksi 1.278 ton.

Meskipun memiliki jumlah produksi yang sangat tinggi,  tingkat pendapatan ekonomi para petani kopi jauh berada di bawah garis kemakmuran. Tak semakmur harum nama kopi Flores yang telah mendunia.  Keberadaan para rentenir yang membeli komoditi kopi dengan harga sangat murah menjadi alasan utama. Ditambah kualitas SDM petani kopi yang rendah menyebabkan daya saing produk kopi dari daerah lain lebih unggul di pasaran. Jika kondisi ini terus dibiarkan, kekhawatiran akan tidak adanya lagi masyarakat yang mau menjadi petani kopi di kawasan Manggarai raya ini bakal terjadi.

Berangkat dari persoalan tersebut, Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) dibentuk dan mencoba berusaha mewadahi para petani kopi yang ada di kawasan ini demi meningkatkan produktifitas dan kualitas kopi. Agar dengan demikian, produk kopi dapat menghasilkan komoditi kopi yang berkualitas, berdaya saing dan memberikan nilai ekonomi yang baik untuk para petani.

Sekretaris MPIG, Boni Romas menjelaskan, masyarakat MPIG secara konsisten mengembangkan dan memperjuangkan agar kopi Arabika Flores Manggarai dan Kopi Robusta semakin dikenal dan digemari oleh masyarakat luas. Baik dalam negeri maupun mancanegara.

“Sebagaimana telah menjadi visi MPIG, yakni: Terwujudnya kesejahteraan petani dan masyarakat melalui pengelolaan Kopi Arabika Flores Manggarai yang bermutu, berdaya saing, handal, diminati dunia secara berkelanjutan,” ujarnya.

Dia menjelaskan, salah satu bentuk perlindungan untuk tanaman kopi adalah Sertifikat Indikasi Geografis. Perlindungan melalui Sertifikat Indikasi Geografis terhadap kopi yang bermutu tentu sudah pasti dapat meningkatkan daya saing produk. Saat ini, sebut dia, MPIGsebagai wadah stakeholder kopi di Manggarai Raya telah berhasil mendapatkan Sertifikat Indikasi Geografis Kopi Arabika Flores Manggarai (KAFM) dari pemerintah. Pada saat bersamaan, lembaga yang sama juga tengah mengajukan usulan proses sertifikasi yang sama bagi Kopi Robusta Flores Manggarai.

Untuk mendapatkan sertifikasi indikasi geografis ini, baik Kopi jenis Arabika maupun Robusta akan diolah menjadi kopi unggulan atau specialty coffee dengan mengikuti standar operasional prosedur yang telah ditetapkan oleh sebuah lembaga khusus.

“Harus ada kelompok tani yang melakukan semua itu sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan oleh lembaga khusus. dalam SOP ini mengatur dengan jelas tata cara proses pengolahan kopi hingga menghasilkan kopi dengan cita rasa yang tinggi, tentu sudah pasti memiliki nilai jual yang tinggi pula. Dan MPIG hadir untuk itu,”tandasnya.

SOP terkait prosesnya mulai dari cara memetik, rambang, jemur, tumbuk hingga menghasilkan biji green bean dengan kadar air 12 sampai 12,5 persen. “Itulah yang disebut specialty untuk arabika dan fine robusta untuk robusta. Jika prosesnya benar, maka hasilnya pasti berkualitas. Kita juga membantu menyiapkan semua peralatan pendukungnya,” tambahnya.

Saat ini tercatat, MPIG memiliki 42 anggota kelompok tani yang tersebar di tiga Kabupaten di wilayah Manggarai raya. Kabupaten Manggarai Timur memiliki 20 anggota kelompok tani, Kabupaten Manggarai sebanyak 20 kelompok tani dan 2 kelompok tani di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar).

Guna mewujudkan visi kerja, organisaai MPIG memiliki misi kerja yang dilakoni oleh empat kelompok kerja (Pokja) yang diisi oleh anggota kelompok tani itu sendiri serta berkolaborasi dengan instansi pada lingkup pemerintahan daerah. Pokja pertama yakni Pokja Budidaya dan Kualitas, leading sektornya dinas pertanian dan semua petani kopi yang merupakan anggota MPIG. Pokja ini bertugas memastikan keberadaan setiap regulasi pendukung, peningkatan kualitas SDM anggota, serta peningkatan kualitas produksi.

Unsur kedua Pokja Perdagangan dan promosi.Leading sektornya dinas perdagangan dan semua pedagang kopi. Kelompok ini bertugas mempromosikan produk kopi baik melalui kegiatan expo, pameran, serta media internet. Menyiapkan database pembeli dan penjual serta sistem aplikasi yang mampu menghubungkan pembeli dan penjual.

Pokja ketiga agrowisata dan ekonomi kreatif. Dengan leading sektor dinas pariwisata dan pengusaha kafe. Kelompok ini bertugas membangun pusat pengembangan kopi terpadu (integrated coffees farming) sebagai tempat wisata sekaligus pusat kegiatan usaha kopi dari hulu sampai hilir. Salah satunya dengan menumbuhkan usaha ekonomi dengan komoditi kopi sebagai basis usaha.

Dan Pokja keempat yakni terkait dengan koperasi. Leading sektor yakni dinas Perindagkop. Kelompok ini bertugas menggalang permodalan dan penguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).  Selain itu, MPIG juga memiliki misi untuk meningkatkan kemampuan manajerial pengelola MPIG dan kelembagaan petani secara berkelanjutan. Selain itu menciptakan kader-kader handal dalam bidang teknis dan managerial.

“Sejak dahulu petani kopi kondisi ekonominya begitu-begitu saja. Yang untung penjual kopi. Usaha kita ini agar bagaimana kopi bisa memberi nilai dan ada keadilan dalam distribution of margin. Keuntungan harus merata. Konsep besar yang out of the box, munculah ide kopi tidak bisa dijual hanya sebagai minuman,” ucapnya.

Untuk mewujudkan cita cita tersebut ia mengharapkan dukungan semua pihak. “Pekerjaan besar bukan tidak mungkin kalau semua stakeholder ikut terlibat. Saya bersyukur BPOLBF terlibat. Ada hal-hal yang tidak mampu kami lakukan, salah satunya promosi dan pemasaran. Kita berharap dukungan dari BPOLBF mampu mengatasi masaalah promosi dan pemasaran yang kami hadapi,” pintanya.

Ia menyatakan harus ada aspek lain yang harus dijual yakni agrowisata. Ia berharap ada konsep grand design pengembangan kopi di wilayah Manggarai raya hingga Ngada dengan pola pengembangan kopi lestari terpadu.

“Konsepnya, angkat di hulu dan hilir. Labuan bajo sebagai pintu masuk kesempatan kita membuat kopi menjadi wisata baru selain komodo. Komodo dragon and coffee Flores,”ujarnya.*(Team BPOPLBF).

Share :

Baca Juga

Ekonomi

Asosiasi Kopi APEKAM dan MPIG Lakukan Benchmarking ke Kota Magelang
Produksi kopi Colol.(Foto:Ist)

Ekonomi

Mengendus Jejak : Dari Kopi Colol Hingga Hotel Berbintang (Bagian 1)
Seorang petani sedang vanili di kebunnya di Kampung Daleng.(Foto:Kornelis Rahalaka/Floresmerdeka)

Ekonomi

Kaya Potensi, Miskin Perhatian
Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina pada kegiatan digitalisasi destinasi pariwisata.(Foto:Ist)

Ekonomi

Mengoptimalkan Platform Digital Pengembangan Destinasi Pariwisata
seminar awal penyusunan strategi promosi penanaman modal (foto; ist)

Ekonomi

Investasi Berkorelasi Positif Terhadap PDB
Kepiting yang diekspor ke luar negeri.(foto:Ist)

Ekonomi

Warga Terang Ekspor Kepiting ke Luar Negeri

Ekonomi

Presiden Jokowi Resmikan Bendungan Napung Gete
Bupati Edistasius Endi saat konferensi pers di Kantor Bupati. (Foto: Kornelius Rahalaka/Floresmerdeka)

Ekonomi

Pupuk Langka, Petani Menjerit