Oleh Kanis Lina Bana*
Kopi Colol telah meletakkan sejarah dan peradaban manusia di Manggarai Timur khususnya dan NTT umumnya. Tanaman penyegar tenggorokan tersebut menjadi satu kesatuan yang utuh. Cita rasa menggetarkan. Kualitasnya istimewa. Unggul. Tak pelak, penghargaan level nasional maupun internasional direngkuh.
Guna mengawetkan produktivitas dan kualitasnya, Bank NTT memprakarsai pengakuan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) bagi para pelaku kopi. Dalam rangka itulah, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mendaratkan telapak kakinya di Colol, Kecamatan Lamba Leda Timur, Manggarai Timur, NTT, Sabtu (22/5/2021).
Siang agak suram. Sedikit pucat. Pendarnya agak malu-malu. Langit juga demikian. Kusam dibalut abu-abu. Awan tak lagi nampak. Hari itu, cuaca agak ringkih. Seolah enggan merapat. Bersahabat. Meski demikian, hiruk pikuk warga di kawasan Colol, kuat terasa.
Betapa tidak. Hari itu, menjadi pahatan kisah. Lembaran baru peradaban sejarah. Membekas dan abadi bagi warga Colol khususnya dan Pemda Manggarai Timur umumnya. Sebab Guberur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat berkunjung ke wilayah itu. Bukan hanya datang seraya melewati seremoni ketat. Tetapi, Gubernur Viktor bermalam di sana. Menghirup mesra dinamika kehidupan warga Colol. Merayakan tarian kehidupan warga setempat. Meski hanya sebentar. Pendek. Tetapi menjadi jalinan sisi lain kehidupan warga Colol.
Lembah Colol di hari itu membekaskan jejak abadi. Mengurai kisah mewaris. Sebab kedatangan Gubernur Laiskodat menawarkan pelangi harap. Energi baru bermartabat. Spirit yang menguatkan. Menyerahkan bantuan. Memberi motivasi bagi pelaku usaha kopi. Itu sebabnya gebyar hangat menyambut kedatangan Gubernur NTT tercium sedari pintu masuk wilayah kawasan itu.
Meski kencing langit sempat menetes. Tetapi tidak menciutkan antusiasme warga. Pemerintah Daerah Manggarai Timur, lintas Organisasi Perangkat Daerah, Aparat Kepolisian Manggarai Timur, Dinas Perhubungan, SatPol PP sigap. Gesit mengatur irama lalulintas. Demikian Bank NTT Cabang Borong, warga Colol, anak sekolah, komunitas kopi dan elemen terkait pada sibuk-sibuknya. Semua pagut dalam satu birama. Menunggu penuh sabar kedatangan Gubernur NTT ke Colol itu. Walau “kecewa” sempat mencubit ulu hati. Tetapi uapan hangat, rindu, hormat, bangga tetap menari hangat. Penuh sabar.
Wakil Bupati Manggarai Timur, Stefanus Jaghur, sedari awal sudah melebur mesra bersama panitia dan warga Colol. Sementara Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas menunggu penuh romantika di Cekalikang. Gubernur Viktor Laiskodat sempat mampir ke kediaman pribadi Bupati Ande Agas. Sekadar mengaso. Menikmati seruput kopi hangat di kampung berbentuk punggung kuda itu.
Sebagai tuan rumah, Bupati Ande hendak meyakinkan Gubernur NTT. Bahwa minuman khas kopi tidak sekadarnya. Kopi tidak sebatas suguhan awal bagi tamu. Tetapi hendak menyiratkan kedahsyatannya. Kopi Colol dan warganya adalah sulaman kehidupan yang rekat kuat. Melebur dan bersenyawa.
Ada beberapa titik perhentian yang harus dijejaki Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Bupati Ande Agas mengawalnya. Seraya menarasikan perhentian-perhentian itu. Sebab setiap perhentian membalut anyaman asa yang harus dirayakan. Mengalun kekuatan. Membersit makna yang hidup dan menghidupkan.
Ada peragaan kedalaman dipentaskan. Ada larik-larik kekuatan. Karena memang lembah Colol adalah bejana nan indah. Mateor kehidupan yang selalu menawarkan hidup dan menghidupkan. Melecutkan gairah. Kopi Colol adalah kesejatian yang sudah merasuk. Menyatu. Rekat. Bersenyawa dalam serupa putaran helaan napas warga Colol khususnya dan Manggarai Timur umumnya.
Hangatnya kopi Colol bukan cerita baru. Atau sebatas guratan rasa sesaat saja. Tetapi sengatan nikmat. Cita rasanya hangat menggetarkan. Kualitasnya teruji. Kopi Colol telah membahasakan hakikat sesungguhnya. Kopi menjadi hitam putih kehidupan yang menyatukan. Menyehatkan. Kopi telah menjadi kebanggan yang mewaris lestari dalam petak kehidupan yang tak tergantikan.
Kopi Colol. Dua nama berbeda. Tetapi menjadi satu kesatuan yang tak tergantikan. Karena itu berada di lembah Colol memberi warna baru. Sisi lain kehidupan yang selalu lekat ingat. Karena itu terasa sengau. Hambar. Tidak komplit. Kurang membekas jika tidak merasakan “lentiknya” aroma Kopi Colol itu. Kopi di wilayah itu menjadi atribut yang membanggakan. Menyelamatkan. Sumber ekonomi yang menjanjikan. Komoditi unggulan yang selalu menorehkan kesan. Memahat ingatan. Melantunkan jenaka-jenaka harap yang menghangatkan. Hidup dan menguatkan. Karena itu usaha kopi, berkebun kopi adalah pilihan. Dan penghargaan nasional bahkan internasional yang diraih menjadi bukti nyata. Pemakluman kepada publik bahwa Kopi Colol memang unggul. Getar rasanya meresap. Aromanya beda.Memikat. Menusuk. Menggetarkan dan menyegarkan.
Jejak prestasi Kopi Colol bukan cerita baru.Tetapi menyejarah. Sejak tahun 1937. Ketika pemerintah Belanda menggelar sayembara penanaman kopi. Sayembara itu sejalan kebijakan Raja Manggarai, Alexander Baruk (1931-1945). Dan akhirnya, melalui seleksi ketat, Bernadus Odjong, seorang petani asal Colol keluar sebagai pemenang. Atas prestasi tersebut, Odjong, mendapat hadiah bendera tiga warna ukuran 160 sentimeter x 200 sentimeter. Bendera itu masih awet terawat. Menyejarah dan abadi. Disimpan dalam wadah bambu khusus di rumah turunan Mekas Odjong di Kampung Biting, Desa Uluwae, Colol.
Prestasi Kopi Colol itu terulang lagi. Tahun 2015. Di mana kopi jenis Arabika dan Robustha asal lembah Colol itu dinobatkan sebagai kopi terbaik Indonesia. Prestasi itu ditorehkan ketika konteks kopi spesialti Indonesia berlangsung tanggal 10-14 November 2015 di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kopi Colol mengukir prestasi ketika konteks tahunan yang diselenggarakan Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia Pusat Penelitian Kopi dan Kakao. Prestasi itu menggeser predikat Kopi Jambi. Tidak sebatas itu. Kopi Colol tidak hanya jago pada skala nasional. Tetapi prestasi internasional digenggamnya. Ketika ajang AVPA Gourmet Pruduct berlangsung di Paris, 23 Oktober 2018.
Kopi Colol dalam namanya yang abadi. Tidak hanya berkesan dan membekas. Tetapi menyedot budi ingatan. Lengket kuat. Kawasannya hijau. Teduh. Gumpalan hijau menempel sesuai kontur geografis. Udaranya sejuk. Jenaka sepoi semilir ditingkah kabut ipis-tipis. Hijaunya daun kopi. Bulir-bulir kopi merah merekah. Diselingi biji-biji warna hijau. Sungguh mengagumkan. Kopi Colol dengan segala realitas pergulatan warga adalah warisan sejarah menyirat makna. Komoditi unggulan yang selalu melesatkan jaminan ekonomi. * (bersambung)