Home / Sudut Pandang

Senin, 1 Februari 2021 - 07:35 WIB

Mengenang Pater Servulus Isaack SVD

Pater, Servulus Isaack, SVD. Foto/ist

Pater, Servulus Isaack, SVD. Foto/ist

Oleh; Kanis Lina Bana*

camat vix

Sahabat karib saya, Kanis Teobald Decki, MT. menulis pada dinding face booknya, Minggu (31/1/2021). Isinya mohon doa untuk  kesembuhan  Pater Servulus Isaack, SVD yang sedang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Daerah Komodo, Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT. Saya baca dengan isi hati sangat serius. Butir doa mengalir untuknya. Semoga Pater lekas sembuh!

Senin (1/2/2021), istri saya, Din Bumi menulis status yang sama. Hanya isinya berbeda. Pernyataan turut berdukacita mendalam atas kepergian Pater Servulus Isaack, SVD. Jujur, saya hampir tak percaya. Tetapi kematian telah menjemputnya. Maut telah menghantar Pater Servulus Isaack, SVD ke tempat peristirahatan terakhir. Saya mendoakan bliau. Semoga amal penghayatan hidupnya menjadi hiasan kamar surgawi keabadiannya. Rip mendalam untuk Pater Servulus Isaack, SVD.

golkar

Usai mendaraskan doa pendek, pikiran saya tidak tenang. Saya memilih menulis kenangan bersamanya. Tulisan ini serupa doa panjang untuk bliau agar rumah surgawi menjadi tempatnya. Karena saya percaya, “Tuhan telah menyiapkan segalanya  untuk bliau!.

Semula, perkenalan saya dengan Pater Servulus Isaack, SVD hanya berlangsung secara intelektual. Umumnya dari refleksinya yang saya baca di beberapa media massa. Kesan kuat, refleksinya  mendalam.  Tentang realitas kehidupan diuraicecarnya dalam tilikan biblis. Narasinya menukik. Menghentak budi dan membangun kesadaran etik para pembaca untuk kembali pulang pada kesejatian iman kita.

Caranya menarasikan refleksinya segar-renyah. Selalu  berbalut pesan moral yang kuat. Ia menulis dalam kepekaan nurani yang tajam. Refleksi yang meliuk dalam tukilan pesan  biblis eksegetis  yang kuat bernas. Hal ini membuktikan refleksinya mendalam  atas teks Kitab Suci. Tulisan-tulisanya saya  kliping. Saya baca ulang lagi. Sebab pesannya kuat. Lebih dari itu saya belajar  bagaimana menulis indah. Menulis pendek dengan sistimatika alur pikir yang logis.

Romo Beni Jaya

Saya mulai akrab benar ketika masuk tingkat V di STFK Ledalero. Saat itu bliau sebagai Ketua STFK Ledalero. Suatu jabatan strategis akademis. Sekaligus pemakluman kualifikasi intelektual  seorang Pater Servulus Isack, SVD. Di ruang inilah saya kenal lebih dalam tentang Pater Servulus Isaack, SVD. Imam terekat  SVD yang pernah tugas belajar di Yerusalem dan beberapa perguruan tinggi di luar sana. Urusan kuliahnya masih sama, tentang Kitab Suci.

Bliau memberi kami  kuliah eksegese Perjanjian Lama. Lebih khusus Kitab Yudith. Berawal dengan  aout line keseluruhan materi ajar. Lalu kepada kami diingatkan untuk ambil diktat di Sekretariat STFK.

Membaca diktatnya luar biasa. Tafsiran atas teks sangat kuat. Selalu mulai dengan teks mengatakan teks dan teks mengatakan pesan. Teks diuraikan dalam beberapa terminologi dan bahasa. Entah, Aram, Yunani, Latin hingga yang lebih sederhana. Bahasa Indonesia.

Diktatnya pas-pasan. Tidak terlalu tebal. Juga tidak terlalu tipis. Isi diktatnya mudah dicerna. Kita enteng memahami alur pikirnya. Apalagi disertai contoh-contoh praktis tentang teks itu.

Saat itu, kuliah masih berlangsung di ruang barak. Bangunan sederhana. Terbuat dari bambu. Bangunan itu berdiri angkuh  di halaman rumah induk Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret. Tepatnya di samping lapangan sepak bola frater Ritapiret.

Perjumpaan di ruang kuliah itulah  membuat saya  mengenal dekat dengan Pater Servulus Isaack, SVD. Pesonanya menarik. Sederhana tapi menyapa. Kritis dan rasional menjadi ciri khasnya ketika diskusi-diskusi di kelas berlangsung. Ia memberi mahasiswa berpendapat. Pendapat-pendapat mahasiswa dielaborasi lebih lanjut  dalam pesan teks sesungguhnya agar pesan kuat mengena. Terfokus, menukik dan menyapa.

Demikian pun setiap jawaban hasil ujian. Soalnya hanya dua atau tiga saja. Mahasiswa bebas menjawab sesuai maksud pertanyaan. Tugasnya meneliti dan mengoreksi jawaban mahasiswa. Tidak kikir member nilai.  Hasil ujian selalu  obyektif. Kecuali beberapa mahasiswa karena kelalaian sehingga harus uji ulang.

Lepas dari tingkat V, saya tidak tahu lagi Pater Sevulus Isaack, SVD berkiparah. Saya sudah mendarat di bandara  kerja yang selalu diekori deadline. Hanya sesekali membaca tulisannya. Saya berjumpa lagi saat bliau menjadi Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Ruteng. Sepeninggalannya sekolah ini menjadi Universitas Katolik St. Paulus Ruteng.

Saya paham mengapa Pater Servulus Isaack, SVD didaulat menjadi Ketua STKIP Ruteng. Sebab sekolah berbasis agama ini sedang mengalami fase krisis  hebat akibat persoalan internal. Masing-masing pihak yang berseteru selalu dalam pendiriannya. Ada juga harus dikorbankan karena sikap ugah hari tidak sejalan.  Dan di titik itulah, Pater Servulus Isaack, SVD  dipercaya menjadi ‘dewa’ penyelamat agar lembaga tinggi ini tetap berkibar.

Di bawah sentuhan tangan bliaulah STKIP St. Paulus Ruteng pelan-pelan kembali ke habitatnya. Suasana kampus kembali  normal. Pulih. Pendekanya  STKIP bercahaya lebih terang sesuai kehendak para pendirinya.

Pater Servulus, selalu memperlihatkan dinamika kehidupan yang seimbang dan bermartabat. Ia sosok imam yang sungguh imamiah. Imam yang menghayati caranya berada sebagai orang khusus untuk melayani sesama.  

Pater Servulus dikenal luas. Bukan hanya dari tulisan-tulisannya, kotbahnya, tetapi juga caranya berada sungguh memperlihatkan pesona kesejatian sebagai imam.

Hari-hari terkahir saya tidak mengetahuinya. Hanya teman karib saya, Kanis Teobald Decki dan Din Bumi mengingatkan saya. Persis di hari ini.  Tepatnya 1 Pebruari 2021, Pater Servulus pamit pergi ke tempatnya berasal. Tentu banyak kenangan tentang bliau. Banyak kesan dan nasihat-nasihat bernas yang kita peroleh yang meluncur dari kesahajaan hidupnya.

Selamat jalan Pater Servulus Isaack, SVD. Doa kami mengiringi kepergianmu. Beristirahat dalam hening yang syahdu. Tuhan bersamamu. Amin. (*)

Penulis: Pemimpin Umum Floresmerdeka.com

Share :

Baca Juga

Sudut Pandang

Surat Natal untuk Alm. Frans Sales Lega (2)

Sudut Pandang

“Kado” Pemerintah di Era Baru

Kolom

Memerdekakan Flores Sebuah Imperasi Etis-Politis (1)

Sudut Pandang

Pesan Pendek untuk Alm. Frans Sales Lega

Kolom

Komponen Menulis yang Harus Diperhatikan Penulis Pemula (1)
Sil Joni

Sudut Pandang

‘Status’-mu Merobek Jantungku

Kolom

DM Versus H2N, Siapakah Pemenangnya? (1)

Sudut Pandang

Pulanglah..Jangan Berbuat Dosa Lagi
Kirim Pesan
Terima Kasih , Silakan kirim pesan, dan beri tahu apa yang dapat kami bantu