Hosting Unlimited Indonesia

Home / Sudut Pandang

Senin, 14 Desember 2020 - 07:47 WIB

Pariwisata antara Dollar dan Corona

Kornelius Rahalaka/foto/ist

Kornelius Rahalaka/foto/ist

Pariwisata antara Dollar dan Corona

Oleh : Kornelius Rahalaka *

Pulau Flores di Propinsi Nusa Tenggara Timur terkenal dengan kekayaan sumber daya alam dan budayanya. Berbagai upaya telah dilakukan baik  pemerintah maupun swasta untuk memajukan daerah yang dikenal dengan sebutan Nusa Bunga ini. Sejak lama Flores dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata. Sebut saja beberapa obyek wisata, yang terkenal seperti Danau Tri Warna Kelimutu di Kabupaten Ende, tradisi penangkapan ikan paus di Lamalera, Kabupaten Lembata dan binatang purba Komodo (Varanus Komodoensis) di Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat.

Berbagai upaya dilakukan pemerintah dan swasta untuk memajukan dunia kepariwisataan di daerah ini. Misalnya, pada tahun 1990-an ada proyek pengembangan Taman Wisata Alam (TWA) yang didanai oleh Bank Dunia. Program tersebut cukup berhasil mempertahankan kelestarian alam Flores.

Banyak pihak telah berupaya memperkenalkan kekayaan kepariwisataan di pulau ini. Salah satu usaha mempromosikan dunia kepariwisataan yakni melalui penerbitan buku The Manggaraians-Guide to the Manggaraian life Style dan Tourism Space in Western Flores and Understanding Touris karangan Dr. Maribeth Erb. Buku ini banyak mengupas tentang kepariwisataan.

Beberapa iven nasional dan internasional digelar untuk memperkenalkan pariwisata Flores kepada dunia. Pada tahun 2013 diselenggarakan Sail Komodo dan beberapa tahun kemudian diselenggarakan iven Tour de Flores. Namun, berbagai upaya tersebut barulah merupakan bagian kecil dari industri pariwisata yang sangat kompleks.

Jika ditinjau dari motivasi dan motif wisatawan melakukan perjalanan wisata, maka kita akan temukan motif dan motivasi yang berbeda-beda. Motivasi dan motif wisatawan itu pun berkembang dari masa ke masa sesuai dengan kebutuhan dan ketertersedian sarana dan prasarana. World Tourism Organization (WTO) membagi perkembangan pariwisata dalam tiga tahap yaitu zaman kuno, zaman pertengahan dan zaman modern.

Pada zaman kuno, orang melakukan perjalanan karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan perdagangan seperti perjalanan yang dilakukan oleh orang Arab ke China dan orang Yunani ke Afrika.  Atau kebutuhan agama, di mana kaum Budhis China ke India, kaum Muslim beribadah haji ke Mekkah. Atau perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan sekedar untuk mengetahui adat kebiasaan hidup bangsa lain.

Pada itu, sarana yang digunakan untuk perjalanan pun beragam. Ada wisatawan yang menggunakan kuda, keledai atau unta sebagai sarana transportasi yang dilengkapi dengan tenda-tenda untuk beristirahat atau tidur di waktu malam. Pada zaman pertengahan, motivasi perjalanan berkembang dengan motif diplomasi untuk kepentingan negara. Pejabat negara yang satu dengan pejabat negara lain saling mengunjungi untuk menjaga hubungan antara negara penjajah dan negara jajahan atau untuk menjaga hubungan diantara negara merdeka.

Pada zaman modern ini, perjalanan dimaksudkan untuk menambah pengetahuan karena di banyak negara adanya universitas-universitas seperti di Roma, Paris, Kairo, Mesir dan lain-lain. Mahasiswa dari berbagai negara melakukan kunjungan ke universitas-universitas tersebut untuk memperdalam pengetahuan mereka.

Dengan meningkatnya frekwensi perjalanan para wisatawan tersebut, setiap negara mulai mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan guna melindungi negara yang dikunjungi dan penduduknya atau untuk melindungi kepentingan wisatawan itu sendiri. Akomodasi yang bersifat komersial pun mulai bermunculan. Demikian pun hotel dan restauran yang menyediakan berbagai kebutuhan para pelancong. Transportasi pun tidak lagi menggunakan kuda, keledai atau unta tetapi sudah beralih ke fasilitas yang lebih modern seperti kereta api yang ditarik binatang. Sedangkan transportasi di laut sudah menggunakan perahu-perahu yang lebih besar.

Pasa zaman modern, kepariwisataan mengalami perkembangan yang pesat. Bermacam motif dan keinginan para wisatawan harus terpenuhi seiring dengan meningkatknya kemajuan budaya dan peradaban manusia. Motif-motif tradisional telah berkembang menjadi motif-motif baru seperti ingin menikmati atraksi alam seperti flora, fauna, pemandangan alam, keindahan bawah laut, pantai, gunung dan lembah atau sekedar menikmati sinar matahari.

Motif untuk melihat, merasakan, mengetahui dan menghayati sosial budaya, sejarah, kesenian, adat istiadat, keagamaan, politik bangsa atau masyarakat. Motif untuk mengadakan seminar, konvensi, rekreasi spiritual, olahraga, kesehatan dan sebagainya. Berkat revolusi industri di Eropa Barat yang melahirkan mesin uap untuk kereta api dan kapal uap sangat signifikan dalam memacu perkembangan pariwisata.

Kemajuan teknologi dan perkembangan motif perjalanan para pelancong memicu gagasan Thomas Cook untuk menciptakan bisnis pariwisata. Sejak Thomas Cook mengadakan tour round trip excursion dengan peminat 500 orang antara kota Leicester dan Loughborough, bisnis pariwisata mulai tumbuh dan berkembang. Orang melihat adanya keuntungan dari mengelola bisnis pariwisata.

Pemerintah atau negara juga melihat peluang untuk meraup devisa dari industri ini. Maka lahirlah berbagai peraturan untuk menunjang dan menguntungkan negara. Bahkan Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) ikut ambil bagian dalam mengeluarkan ketentuan-ketentuan menyangkut pariwisata. Di mana disebutkan bahwa produk industri pariwisata  adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh wisatawan sejak ia meninggalkan tempat tinggalnya sampai kembali ke tempat semula. Termasuk seluruh pengalaman yang dialami sejak berangkat sampai kembali.

Produk wisata ini berupa rencana perjalanan yang dikemas dari berbagai jenis komponen seperti atraksi wisata, transportasi, akomodasi, restoran, cindera mata, pramuwisata dan jasa-jasa lain yang dinikmati atau dialami oleh para wisatawan. Komponen-komponen tersebut di atas mempunyai sub-sub komponen misalnya komponen hotel dengan sub komponen tempat tidur, kamar mandi, TV, air, listrik dan lain-lain.

Setiap komponen saling terkait dengan komponen lainnya. Misalnya, apabila wisatawan dikecewakan oleh ulah sopir atau dikecewakan oleh air macet di hotel maka kualitas produk secara keseluruhan akan berkurang. Dengan demikian, tinggi atau rendahnya suatu produk wisata tergantung pada keahlian meramu dan mengelola berbagai komponen dan sub komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Meramu dan mengelola berbagai komponen tersebut demi memberi rasa yaman dan kepuasan batin bagi para wisatawan.

Pariwisata akan berkembang terus seiring dengan berkembangnya motivasi perjalanan wisatawan yang didukung oleh kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi. Pesatnya perkembangan pariwisata dunia dapat disimak dalam data-data sebagai berikut. Pada tahun 1950 tercatat sekitar 25 juta kunjungan wisata internasional dengan total penerimaan devisa mencapai 2,2 miliar dolar AS. Pada tahun 1970 perjalanan wisata meningkat menjadi 160 juta kunjungan dengan penerimaan devisa mencapai sekitar 17,9 miliar dolar AS.

Tahun 1980 meningkat lagi menjadi 285 juta kunjungan dengan penerimaan devisa mencapai 102,4 miliar dolar AS dan pada tahun 1990 mencapai 405,3 juta kunjungan dengan penerimaan devisa mencapai 209,2 miliar dolar AS. Hingga tahun 2019, kunjungan wisata internasional telah meningkat mencapai 10 kali lipat dan diprediksi jumlah kunjungan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.

Namun sayang, di tengah gegap gempita dunia pariwisata, virus corona datang menghadang serentak meluluhlantakannya. Selain virus corona, dalam pergaulan antar masyarakat sangat terbuka pula berbagai pengaruh negatif lainnya seperti narkotika, obat-obatan berbahaya dan seks bebas yang berpeluang menyebarkan virus HIV/AIDS. Meskipun pandemi virus corona masih menghantui aktivitas pariwisata dunia, namun diperkirakan ke depan, perkembangan pariwisata akan tetap menjadi salah satu andalan utama penggerak ekonomi masyarakat dunia.

Persoalan kita adalah bagaimana menyikapi dan menyiasati dampak pandemi corona  terhadap dunia pariwisata. Setiap komponen bangsa harus bersinergis dan bekerjasama mengatasi pandemi corona. Caranya, dengan berdisiplin menjalankan protokol kesehatan dan menciptakan situasi social yang kondusif. Kita harus berkomitmen bahwa dunia kepariwisataan Indonesia umumnya dan pariwisata Flores pada khususnya, mesti tetap berjalan normal. Dengan demikian, kita berharap kepariwisataan Flores tetap eksis di tengah dunia yang masih dihantui pandemi virus corona.*

Penulis;  Pemred Floresmerdeka.com tinggal di Labuan Bajo, Manggarai Barat

Share :

Baca Juga

Kolom

Potensi Wisata Flores dan Harapan Pengembangannya

Sudut Pandang

Pemimpin:Pelopor Perubahan

Kolom

Komponen Menulis yang Harus Diperhatikan Penulis Pemula (1)

Sudut Pandang

Christ Rotok-Deno Kamelus, Sejarah Tetaplah Menyejarah (2)

Sudut Pandang

Menggugat Profesionalisme Guru

Sudut Pandang

Sales Medi VS Christina Natalia Carvallo, Siapakah Sesamamu?

Kolom

Kekuasaan sebagai “Candu”

Sosok

Kawan, Deadline Tak Lagi Mengusik Nyenyakmu (Mengenang Saudaraku, Enock Tangur Wartawan MNC Grup)
Kirim Pesan
Terima kasih, silahkan Kirim pesan untuk pertanyaan sahabat.. ? dan kami menerima jasa pembuatan toko online, Portal berita, Profil perusahaan, dll .