MENYUKAIMU DALAM DIAM
Cantik nan anggun
Pesonamu menyeretku pada ruang andaian
Binar matamu memagis rasa
Kamu…
Layaknya bilur cinta lembut syahdu
Sederhana namun bersahaja
Terbuai manja dalam bayangan
Aku menelusuri kian dalam
Pada hitam bola matamu
Pada lekuk wajahmu
Dan rambut legam yang terurai
Kamu…
Bagai candu rasaku, gelisah
Saat jeda waktu memaksaku untuk diam menunggu
Nafasku tersengal, degupku tak beraturan
Aku memaksa keluar, menemuimu dalam imaji
Ahh…
Cerita cinta tertahan rona-rona kenyataan
Aku hanya sekepul kelambu bisu
Merapuh diantara tanah dan angin yang rancu
Leburkan segalaku dan jatuh di semesta
Lihatlah…
aku disini telah menjadi pemuja cinta sepanjang masa
Melangitkan doa-doa, meminta perihal kita yang maya
Dalam ruang pun waktu yang entah dimana ujung temunya
Lalu…
Aku akan terus
Menyukaimu dalam diam.
KENANGAN
Desember di bulan itu
Jingga menyemburat pada langit kelabu
Pancarkan syair-syair syahdu
Dengan irama klasik yang menggelitik kalbu
Purnama yang kembali mekarkan ingatan
Menggores luka dalam kenangan
Lalumu yang sudah terlupakan
Kini mengusik ketenangan
Walau kutahu mengenangmu serupa
Berebah di atas luka
Sakit menghujam dada
Bagai benalu menusuk jantungku
Sengaja malam ini dihadirkan kau dalam imaji
Namun bukan ingin kucintai lagi
Kutulis kau sebagai kenangan
Kita pernah di jalan kebersamaan
“PEREMPUANKU“
Kamu harus tahu
Sejak kini namamu paling diingatkan
Menyeret khayalan berkelana
Menuju lekuk tubuhmu
Yang membius akal
Kau menitipkan aroma napas cinta pada setiap jengkal hembusnya
Kau pelukis rasa
Separuh napas penggenap jiwa
Cahaya paling purnama
Kuciptakan lagu tentang bisikan jiwa
Kutuliskan sajak atas nama cinta
Aku mencintaimu dari rahim rasa
Bukan sekedar bibir berbicara